Cerita Selingkuh Ngecrot Dengan Wanita Jablay - Warung Cerita Sex

Selasa, 26 Desember 2017

Cerita Selingkuh Ngecrot Dengan Wanita Jablay

Warung Cerita Sex - Cerita Selingkuh Ngecrot Dengan Wanita Jablay - Setelah 2 tahun aku menikah, aku ditinggal oleh suamiku untuk ke korea karena suamiku disini sudah tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami berdua.



Dalam 2 tahun pernikahanku aku dan suamiku belum dikaruniai seorang anak pun. Setelah ditinggal suamiku ke korea aku menjSeno sangat kesepian,

karena tidak ada kegitan yang bisa aku lakukan. Rumahpun juga sepi sekali, walau kadang juga aku ditemani oleh ayah dan ibuku, kadang juga kakaku,

tapi setelah mereka semua pergi rumahku menjSeno sangat sepi sekali. Hanya menuggu kiriman dari suamiku setiap bulan saja.

Keberangkatan suamiku ke korea sudah ada perjanjian kalau pertama kali berangkat dia tidak boleh pulang dalam jangka waktu satu tahun.

Aku seketika berpikir kalau aku akan merindukan belaian suamiku, cumbuan suamiku dan penis suamiku yang setiap malam selalu masuk dalam memek ku.

Aku sendiri yang berniat untuk mendapatkan seorang momongan malah sekarang ditinggal pergi, “jSeno siapa nanti yang setiap malam yang akan menikmati tubuhku ini” ucapku dalam hati.

“Apa iya aku harus mencari selingkuhan untuk memuaskan hasrat Sex ku ini” seketika aku berpikir. Tapi aku berusaha untuk menahannya, entah sampai kapan aku bisa.

Untuk menghilangkan penatku dirumah terus tanpa ada kerjaan, aku biasa jalan-jalan untuk sekedar mencari udara keluar rumah.

Kadang-kadang aku jalan dipantai, kadang di taman, namun yang aku lakukan bukanlah menghilangkan penatku tapi malah menambah penat dalam diriku, bagaimana tidak,

saat aku jalan-jalan aku melihat pasangan muda-mudi sedang berpacaran dengan mesranya, dan bahkan saat malam hari aku jalan-jalan ditaman, aku melihat muda-mudi sedang bercinta.

Muda-mudi itu saling melumat bibir, tangan laki-lakinya meremas-remas toket pacarnya dan tangan wanitanya juga gak kalah aktif, dia meremas Penis pacarnya dan tak berapa lama langsung mengeluarkan penis pacarnya dari dalam celananya dan langsung mengulumnya

“Aaaaarrrrggghhhhh……” aku berteriak dalam hati dan dalam sekejap birahiku langsung naik dan aku sangat ingin merasakan sentuhan seorang laki-laki.

Ditempat-tempat itu aku tidak menemukan kenyamanan, maka aku mencari tempat lain yang sekiranya bisa membuatku nyaman.

Akhirnya setelah aku fikir-fikir aku memilih bioskop untuk menjSeno tempatku menghilangkan penat. Langsung sja aku menuju sebuah mall dan langsung menuju XXI.

Aku mencari-cari film apa yang bagus, dan aku lihat saat itu tidak film yang bagus yang menarik minatku, maka aku mengurungkan niatku untuk menonton bioskop.

Lalu aku jalan-jalan untuk melihat-lihat baju. Tak lama aku muter-muter milhat baju, aku melihat seorang laki-laki dengan seorang anak gSenosnya.



Dia kelihatan sangat bahagia sekali “Andai saja aku mempunyai momongan aku pasti tidak akan kesepian kayak gini” ucapku dalam hati.

Tapi setelah aku terus memandangi laki-laki itu, si anak perempuan kecil itu lalu pergi begitu saja yang ternyata anak kecil itu juga bukan anak laki-laki yang aku lihat itu.

Entah disengaja atau tidak Laki-laki itu kemudian melangkah duduk disebelahku sambil membuka koran.

Mungkin karena yang duduk disitu hanya aku dan dia, maka ia menawari aku membaca majalah milik anaknya. “Terima kasih Pak…” dan aku meraih majalah itu.

“Bapak mengantar anak-anak mau nonton film?” aku mencoba membuka pembicaraan. “Tidak Bu.. anak saya kesini tidak untuk menonton film.

Mereka kumpul dengan teman-temannya karena mau menjSeno pager ayu di pesta kawinan”. “Ooo… wah bapak harus sabar juga menunggu mereka sampai selesai”. “Tidak Bu, mereka disini hanya rias wajah dan pakaian,

kemudian mereka dijemput ke Taman Mini sampai malam. Pulangnya mereka diantar dari sana. Ibu juga sedang menunggu putra ibu?

 “Ooo.. tidak Pak, saya tSeno ingin nonton film, tapi ternyata film yang mau saya tonton sudah tidak diputar lagi” aku menjawab sekenanya. Untung dia tidak menanyakan nama film itu.

Kemudian aku dan dia tenggelam dalam obrolan biasa sampai obrolan rumah tangga. Dari ceriteranya aku tahu kalau Istrinya lagi keluar kota mengantar orangtuanya kembali ke kampung.

Obrolan itu cukup mengasikkan sehingga melupakan mengapa aku sampai ke Taman Ismail Marjuki. Kemudian ia kembali asik membaca kembali korannya, tapi aku malah melamun. “Ibu sendirian?

Dimana rumah ibu?” kembali dia memecahkan lamunanku. Aku sedikit kaget mendengar suaranya.

“Ya Pak, saya tinggal di daerah Rawamangun” jawabku. “Kalau ibu mau pulang sekarang, kita bisa sama-sama, saya mau ke bengkel di Kelapa GSenong.

” Aku tidak menyambut tawaran itu karena aku belum ingin pulang. “Terima kasih Pak, ngak usah repot- repot, saya masih ada keperluan di tempat lain”.

“Oh begitu, barangkali tempat lain itu satu arah dengan tujuan saya, kita bisa melanjutkan obrolan tadi. Ibu kan belum cerita keluarga ibu?”.

Akhirnya aku terima tawaran itu dan aku naik ke mobilnya. Ketika sudah ada di atas mobil, ia tidak segera menjalankan. Mungkin ada yang ditungu? “Bu, maaf apakah ibu punya waktu kalau kita jalan-jalan sebentar sambil ngobrol?

Saya kok merasa cocok dengan obrolan tSeno”. “Boleh juga pak, saya hari ini juga tidak ada kegiatan yang perlu saya selesaikan”. Akhirnya aku mengenali namanya “Seno” dan aku mengenalkan diri

“Rindu”.

Keakraban kami berdua menyebabkan cerita itu berubah menjSeno cerita pribSeno, cerita kehidupan seks. Ia menceriterakan hubungan dengan istrinya sangat terbatas, karena istrinya seorang pramugari jalur luar negeri, sehingga sering ditinggalkan.

Umur istrinya 3 tahun lebih tua dari Mas Seno. Sedangkan aku menceritakan suamiku bekerja di luar negeri dan kontrak kerja baru berakhir tahun depan.

Mulai saat itu kita sepakat, aku memanggilnya Mas Seno dan dia memanggilku Rindu. “Masih lima bulan lagi saya bisa ketemu suami” kataku.

Entah awalnya bagaimana, tangan kami saling meremas. Sambil menyetir, tangan kiri mas Seno meraba pahaku.

Aku diam saja ketika tangan kiri itu menyusup dibawah rok. Namun ketika jarinya berusaha meraih celana dalamku, aku pegang dan aku tampik. “Jangan Mas” aku menolak.

“Kemana kita Rindu… aku ingin bisa ngobrol dengan tenang” katanya. “Terserah Mas Seno..” Saat itu birahiku bangkit kembali, aku melirik ke mukanya, dalam hati aku berkata, apakah laki-laki ini yang akan memberiku kepuasan?

Aku tidak punya pengalaman mengenai ini. Ia kembali meletakkan tangannya di pahaku sambil menarik rokku. Ia dengan bebas memegang paha mulusku.

Sesekali tangannya lebih ke atas sehingga menyentuh celana dalam bagian tengah agar bisa mengusap barang yang ada diantara pahaku.

Aku tidak memperhatikan jalan lagi ketika mobil itu masuk ke jalan tol. Dia meminta tanganku membuka celananya. Yah saat itu birahiku juga mulai muncul.

Ketika aku kesulitan membuka resluitingnya, Mas Seno meminggirkan mobilnya dan dia sendiri yang membuka resleting celananya,

kemudian mengeluarkan kontolnya yang telah berdiri tegak. Ketika mobil bergerak kembali, tangan kananku diminta memegangi kontolnya, aku merasakan kontol itu panas dengan denyut nSenonya yang keras.

Tiba-tiba aku merasa ngantuk dan aku tertidur di sandaran mobil. Dalam tidurku aku masih bisa merasakan tangan Mas Seno sesekali menyentuh bibir dan hidungku,

kemudian meraba susuku yang tertutup baju dan BH, kadang-kadang mengelus pahaku dan mengusap-usap turukku yang tertutup celana dalam.

Rasa kantukku lebih kuat sehingga pegangan tanganku di kontolnya lepas. Aku tidur, aku kantuk sekali, aku masa bodoh dengan rabaannya.

Entah berapa lama kemudian, aku terbangun dan mobil sudah terparkir di suatu penginapan yang tertutup di wilayah Puncak.

Mas Seno turun dan membimbingku menuju kamar. Aku duduk ditepi tempat tidur sambil makan pisang dan minum jus yang telah tersedia diatas meja kamar hotel.

Tiba- tiba Mas Seno merebahkan aku di kasur. Kakiku masih menjuntai di lantai ketika Mas Seno mencium dengan ganas. Aku pasrah ketika tangannya menyusup diantara Bhku mencari susuku.

 “Aku pengin banget Rindu…” ia membisikkan di telingaku. Aku didorong rebah ke tempat tidur. Aku pura-pura jual mahal, aku pegangi bajuku agar dia tidak mudah membuka.

Aku masih ingin memperoleh ciuman Mas Seno lebih lama sebelum dimulai dengan yang lebih intim.

Ternyata ia tidak memaksaku. Sambil menindih badanku, Mas Seno mulai menciumi kembali mukaku, leherku dan bibirku dikecup dengan kuat.

Kemudian ciuman itu bergeser ke telinga terus ke belakang telinga, sehingga membuat aku merinding nikmat. “Ooohhh…… sss… ttttt” eranganku mulai terdengar.

Setelah puas menciumi belakang telinga, ciuman itu bergeser ke arah pundak. Rasanya nikmat sekali sepeti terbang, yah aku haus kenikmatan sepeti ini.

Geseran bibirnya semakin turun ke dada. Tangan mas Seno mulai membuka satu persatu kancing baju atasanku.

Kemudian ciumannya bergerak di dada. Badanku digulingkang sedikit ke kiri agar tangannya dapat melingkar ke badanku untuk membuka kancing Bhku.

Sekali raih Bhku terlepas dan kedua susuku tersembul. Mata mas Seno terbelalak memandangi susuku yang tidak begitu besar tapi kencang dan putingnya yang berwarna coklat tampak sudah mengeras karena sudah terangsang.

Ia kelihatan kagum memperhatikan susu yang masih ranum.

Dengan pelan-pelan hidungnya diusapkan di puting susuku kemudian kumisnya dia geser-geserkan.

Aku bagaikan melayang… “Maa.. sss… oo… hhhh…” aku mengerang nikmat. “Ter… r.. uss mas,
kenyot yang kuat… M.. a.. s… oo.. hhh” pintaku keenakan.

Tangannya meremas susuku semakin kencang, sehingga nafasku terengah semakin memburu. Ketika puas menikmati susuku, mulut panas itu bergeser ke bawah diantara pusarku.

Tangannya langsung menjambret rok bawah. Untung rok itu pakai karet sehingga ketika ditarik tidak rusak. Tanpa menunggu waktu, tangan satunya telah memelorotkan celana dalamku.

Terpampang pemandangan indah mempesona dan sangat menggairahkan dihadapan Mas Seno, turukku yang ditutupi rambut-rambut jembut yang sangat lebat dan keriting itu, sekarang telah ada dimuka Mas Seno siap dihidangkan.

Mas Seno menarik napas panjang dan meloncat turun membuka baju dan celananya sendiri. Kini hanya tertinggal celana dalam saja yang belum dibuka.

Dada bidang berbulu milik Mas Seno sangat mempesona. Vagina, dalam bahasa daerahku disebut turuk, di dalamnya ada daging sebesar ujung kelingking terjepit diantara bibir vagina.

Daging itu namanya klitoris atau kelentit dan dalam bahasa daerahku disebut itil. Turukku dan itilku terasa tebal karena aku sudah sangat terangsang.

Dengan penuh nafsu Mas Seno kembali meremas susuku, menghisap pentil susuku. Hisapan itu dengan perlahan turun ke perut, ke pusar terus ke turukku.

Namun kemudian Mas Seno menRindukan hisapan ke pangkal pahaku. Ia menjilati dan menghisap pangkal pahaku sampai puas, sedangkan tangan kanannya mengusap-usap bagian luar turukku.

Aku masih dalam posisi rebah di tepi tempat tidur. Badanku ada di atas kasur sedangkan kedua kakiku terjuntai ke bawah.

Posisi ini sangat pas buat Mas Seno yang mulai berjongkok dihadapan selangkanganku dan mendekatkan mulutnya ke turukku.

Tangan Mas Seno membuka bibir turukku yang membasah oleh lendir birahi dan lidah Mas Seno mulai menyentuk itilku. Aku menjerit nikmat….. “Haa… ooo…… hhhh… ssttttt… haa… ooo… hhhh… ssttttt…… haa… ooo…… hhhh… ssttttt” aku mengangkat pantatku biar lidah

Mas Seno bisa lebih leluasa menjilat itilku. Aku belum pernah senikmat ini memperoleh dari suamiku.

Aku bermain cinta dengan suamiku tanpa ada rangsangan, begitu buka baju, langsung kontol suamiku ditancapkan.

Baru kali ini aku menikmati kewanitaanku, aku benar- benar wanita yang merasakan gairah cinta yang sebenarnya. “Haa… ooo…… hhhh… ssttttt… haa… ooo… hhhh… ssttttt…… terruuusss… ter… us

” Ooo… hhhh… ssttttt…… terruuusss… ter… us” Mas Seno tidak berhenti disitu. Tiba-tiba itilku dihisap lembut. Aku kembali menjerit nikmat. “Aaaaa…… ooohh… hhh…… Mas……… ss” “Ttt… ee…… r.. r r… uuusssssss……

” Aku terengah-engah merasakan geseran bibir dan hisapan yang bergantian. Kemudian hisapan itu semakin kuat, kuat dan kuat, aku menjSeno tidak tahan, kepalaku aku goyangkan ke kanan dan kiri,

pantatku aku naikkan lebih ke atas, tanganku meremas kasur busa dan tiba-tiba denyutan yang tiada tara nikmatnya menjalar melalui pinggulku menuju arah itilku.

Nikmat… nikmat sekali. Denyutan itu terjSeno beberapa kali dan semakin memanjang… akhirnya hilang. Aku mencapai puncak orgasme, puncak kenikmatan yang tertinggi.

Aku baru sekali ini merasakan. Tujuh tahun dalam hidup rumah tanggaku aku belum pernah merasakan senikmat ini dengan suamiku. Badanku lemas.. dan mataku terpejam nikmat melepas denyutan.

Tiba-tiba Mas Seno berdiri, dia membuka celana dalamnya dia merapatkan pinggulnya ke pinggulku. Tangannya memegang kontol yang telah mengacung tegak. Aku belum sadar saat itu, aku masih menikmati orgasmeku.

Ketika ia membuka kedua pahaku, mataku terbuka aku harus bergantian memberikan kepuasan kepada Mas Seno. Aku bangkit, aku pegang kontol itu… kencang seperti batu. Mas Seno membisikkan kata-kata agar aku mengenyot kontolnya.

 Aku ragu, aku belum pernah seperti itu. Tapi bukankah tSeno Mas Seno menjilati turuk dan itilku? Bukankah aku telah menerima kenikmatan birahi dari jilatannya?

Dengan rasa ragu aku mendekatkan mulutku dan memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Mas Seno mendorong kontolnya masuk lebih dalam ke mulutku, aku malah terbatuk sehingga mau muntah.

Akhirnya Mas Seno mengurungkan permintaannya. Kembali Mas Seno merebahkan aku di pinggir tempat tidur.

Ia tidak lagi meminta aku mengenyot kontolnya. Ia membuka selangkanganku dan kontolnya ia pegang dengan tangan kanan mulai digosok-gosokkan ke bagian itilku.

Mungkin maksudnya agar kepala kontolnya basah dengan cairan birahiku. Mula-mula terasa geli. Kemudian geli itu berubah menjSeno nikmat.


Aku mulai terangsang lagi. Kepala kontolnya digeser-geser semakin dalam. Aku mulai mendesah nikmat. Setelah cukup lama dengan permainan itu, kedua tangan Mas Seno meraih kakiku diangkat ke pundaknya.

Aku belum pernah menikmati permainan senggama seperti ini. Mas Seno mulai mengerakkan maju mudur kontolnya. Separuh kontolnya sudah masuk ke liang peranakanku.

Tiba-tiba ia mendorong dengan satu gerakkan dan kontolnya amblas masuk seluruhnya ke turukku.

Aku menjerit ketika menerima hentakan itu, ada sedikit rasa ngilu ketika kontol itu masuk seluruhnya.

Kembali gerakkan maju mundur dilakukan sangat pelan……… aku merasakan turukku mulai berdenyut menjepit kontol Mas Seno.

Tampaknya Mas Seno menikmati sekali denyutan turukku yang memeras kontolnya sehingga terasa lebih sempit. “Aaaaa… ooo… hhh… hhaaahhhhh… haaahhhhhh…………” “Aaaaa… ooo… hhh… hhaaahhhhh… haaahhhhhh………… te… rus…………

” Mulutku tidak bisa diam… rasa nikmat menjalar dari dalam pinggangku… ke paha dan kaki. Susuku yang mengencang ingin sekali diremas.

Turukku yang berdenyut-denyut ingin diberi gerakkan kontol yang lebih cepat. Aku menarik tangan Mas Seno yang bertumpu di kasur ke arah susuku. Aku minta dia meremas. “Ma.. sss… r.. e.. Mas…… rem… aaa… sss k.. u.. a…t”.

Mas Seno mulai meremas susuku sambil menggerakkan maju mundur pinggulnya. Jepitan turukku semakin kuat ketika jari Mas Seno menarik puting susuku yang tampak sudah mengacung dengan tingginya karena sudah sangat-sangat terangsangnya oleh persetubuhan ini.

Aku mulai menggoyang pantatku untuk menambah kenikmatanku. Begitu juga kepalaku mulai bergerak ke kanan dan kiri.

kontol Mas Seno memompa keluar masuk turukku semakin cepat, aku semakin merasakan nikmatnya persetubuhan ini.

Kelihatannya Mas Seno tidak tahan lama, karena kelihatan dari gerakkannya yang semakin cepat. Ganti suara erangan kenikmatan Mas Seno yang lebih keras dari eranganku.

“Aaa… aaaa.. hhhh… Aaa… aaaa.. hhhh… Aaa… aaaa.. hhhh… Aaa… aaaa.. hhhh…” “See…Nnnooo… a.. k.. u.. m.. a.. u…… k e l u.. a…… r” “Sa.. ma… s.. a… m.. a……… ki.. ta… b a r.. e… n.. g…… M a a.. a… a…… a………



” Aku menjerit tidak bisa bisa meneruskan kata-kataku. Ketika gerakan ,Mas Seno sangat cepat, terasa badanku berkontraksi.. dengan kenikmatan yang lebih hebat dibandingkan kenikmatan sebelumnya.

Begitu juga aku Mas Seno mengejang, mendorong kontolnya sampai ke pangkal paha. Aku merasakan peju Mas Seno menyemprot beberapa kali membasahi rahimku.

Mas Seno jatuh tertelungkup lemas menindih dalam pelukanku, ia merangkul kuat dan mukanya dibenamkan diantara kedua susuku.

Setelah beberapa lama, Mas Seno kembali mengenyot susuku, menciumi leherku, memainkan kumisnya di daguku serta menyedot lembut bibirku. Pelukan Mas Seno semakin mengendor, begitu juga kontol dalam turukku ikut mengendur.

Kemudian Mas Seno berdiri mencabut kontolnya dan merebahkan badannya di kasur. Ia tertidur pulas tanda puas. Aku juga tertidur pulas sambil berpelukan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar