Cerita Dewasa Cucuku Yang Seksi Bikin Nafsu Naik Hingga Memperkosanya - Warung Cerita Sex

Rabu, 27 Desember 2017

Cerita Dewasa Cucuku Yang Seksi Bikin Nafsu Naik Hingga Memperkosanya

Warung Cerita Sex - Cerita Dewasa Cucuku Yang Seksi Bikin Nafsu Naik Hingga Memperkosanya - Namaku Hermansyah, saat ini usiaku 63 tahun. Boleh dibilang untuk urusan main perempuan aku pakarnya.



Ini bisa kukatakan karena pada saat usiaku 13 tahun aku sampai menghamili 3 temanku sekaligus.

Dan di usiaku ke 17 sampai dengan 5 orang teman yang aku hamili, satu di antaranya Winnie, seorang gadis peranakan Belanda dan Cina yang pada akhirnya aku terpaksa mengawininya karena hanya dia yang ambil risiko untuk melahirkan bayi atas kenakalanku dibanding gadis lain.

Winnie sampai memberiku 3 orang anak, tetapi selama aku mendampinginya dalam hidupku, aku masih juga bermain dengan perempuan sampai usiaku 50 tahun,

inipun disebabkan karena Winnie harus tinggal di Belanda karena sakit yang dideritanya hingga akhir hayatnya yaitu 7 tahun yang lalu, otomatis aku harus mendampinginya di Belanda sementara ketiga anakku tetap di Indonesia.

Kira-kira satu tahun yang lalu petualanganku dengan perempuan terjadi lagi, tapi kali ini orangnya adalah yang ada hubungan darah denganku sendiri yaitu Lisa dan Dewi, keduanya merupakan cucuku sendiri.

Satu tahun yang lalu, anakku yang kedua mengontakku di Belanda yang memberitahukan bahwa kakaknya yaitu anakku yang pertama dan istrinya mengalami kecelakaanyang akhirnya harus meninggalkan dunia ini.

Aku pun langsung terbang ke Jakarta. Setiba di Jakarta aku lansung menuju ke rumah anakku, di sana aku menemukan anakku dan istrinya telah terbujur kaku dan kulihat Lisa dan adiknya Dewi sedang menagis meraung-raung di depan keduajenazah itu.

Sewaktu kutinggal ke Belanda, Lisa dan Dewi masih kecil. Setelah peguburan jenazah kedua anakku, atas anjuran anakku yang kedua, aku diminta untuk tinggal di Jakarta saja dan tidak usah kembali ke Belanda,

aku harus menjaga kedua cucuku, aku pun setuju. Sejak saat itu, aku pun tinggal di Indonesia.

Satu minggu aku sudah tinggal di rumah almarhum anakku, dan kutahu Lisa usianya 15 tahun (kelas 3 SMP) sedangkan adiknya Dewi usianya 13 tahun (kelas 1 SMP) ini kutahu karena tugasku sekarang menjaga dan mengantarkan cucuku sekolah.

Lisa sudah tumbuh menjadi anak gadis tetapi kelakuannya agak nakal, setiap pulang dari sekolah bukannya belajar malah main ke temannya sampai jam 09.00 malam baru kembali, di saat aku sudah tertidur.

Suatu hari ketika Lisa pulang aku masih terbangun, Lisa langsung masuk kamar setelah mandi dan berdiam di dalam kamarnya yang membuat aku penasaran melihat sikap Lisa,

sampai di depan kamarnya sebelum kuketuk aku coba mengintip dari lubang pintu dan aku terkaget-kaget melihat apa yang dilakukan Lisa di kamarnya.

TV di kamar itu menyala dimana gambarnya film porno, sedangkan Dea sedang mengangkat roknya dan jarinya ditusukkan ke dalam lubang kemaluannya sendiri.

Aku mengintipnya hampir 15 menit lamanya yang membuat aku tidak sadar bahwa batang kemaluanku mulai mengeras dan celanaku basah.

Setelah itu kutinggalkan Lisa yang masih onani, sedang aku pun ke kamar untuk tidur, tapi dalam tidurku terbayang kemaluan Lisa.

Paginya aku bangun terlambat karena mimpiku. Lisa dan Dewi sudah berangkat sekolah naik angkutan kota. Sore hari aku kembali setelah mengurus surat-surat kuburan anakku.

Ketika aku masuk ke ruang keluarga, aku sempat terkejut melihat Lisa sedang menonton TV, pikirku tumben sore-sore Lisa ada di rumah dan aku makin terkejut ketika aku menghampiri Lisa,



Lisa sedang melakukan onani sementara TV yang ia tonton adalah film porno yang tadi malam sudah dilihatnya.

Lisa pun tidak tahu kalau aku sedang memperhatikannya dimana Lisa sedang asyik-asyiknya onani.

“Lisa… kamu lagi… ngapain?”

“Uh… kakek.. ngagetin aja… nih…”

Lisa yang kaget langsung menutupinya dengan rok dan memindahkan channel TV.

“Kamu kaget.. yach, kamu.. belajar begini sama siapa.. kamu ini bandel yach..”

“Belajar dari film dan bukunya temen, tapi Lisa.. nggak bandel loh… Kek…”

“Sini Kakek.. juga mau nonton,” kataku sambil duduk di sebelahnya.”Kakek mau nonton juga..

Kakek nggak marah sama Dea khan?” katanya agak manja sambil melendot di bahuku.

“Nggak… ayo pindahin channel-nya!”

Gambar TV pun langsung berubah menjadi film porno lagi. Tanpa bergeming, Lisa asyik menatap film panas itu sementara nafasku sudah berubah menjadi nafsu buas dan batang kemaluanku mulai mengeras berusaha keluar dari balik celanaku.

“Lis… mau Kakek pangku.. nggak?” Tanpa menoleh ke arahku Lisa bergeser untuk dipangku.

Lisa yang sudah meloloskan celana dalamnya merasa terganggu ketika kemaluannya yang beralaskan roknya tersentuh batang kemaluanku yang masih tertutup celana.

“Ah.. Kakek.. ada yang mengganjal lubang kemaluan Lisa nih dari bawah.”

“Supaya nggak ganjal, rok kamu lepasin aja, soalnya rok kamu yang bikin ganjal.”

Tiba-tiba Lisa menungging dipangkuan melepaskan roknya, badannya menutupi pemandanganku ke arah TV tapi yang kulihat kini terpampang di depan mukaku pantat Lisa yang terbungkus kulit putih bersih dan di bawahnya tersembul bulu-bulu tipis yang masih halus menutupi liang kemaluannya yang mengeluarkan aroma bau harum melati.

“Lisa.. biar aja posisi kamu begini yach!”

“Ah.. Kakek, badan Lisa khan nutupin Kakek… nanti Kakek nggak lihat filmnya.”

“Ah.. nggak apa-apa, Kakek lebih suka melihat ini.”

Pantatnya yang montok sudah kukenyot dan kugigit dengan mulut dan gigiku. Tanganku yang kiri memegangi tubuhnya supaya tetap berdiri sedangkan jari tengah tangan kananku kuusap lembut pada liang kemaluannya yang membuat Lisa menegangkan tubuhnya.

“Ah… Ah… ssh.. sshh…” Pelan-pelam jari tengahku kutusukkan lebih ke dalam lagi di lubamg kemaluannya yang masih sangat rapat. “Aw.. aw… aw.. sakit.. Kek…” jerit kecil Lisa.

Setelah lima menit jariku bermain di kemaluannya dan sudah agak basah, sementara lubang kemaluannya sudah berubah dari putih menjadi agak merah.

Kumulai memainkan lidah ke lubang kemaluannya. Saat lubang kemaluan itu tersentuh lidahku, aku agak kaget karena lubang kemaluan itu selain mengeluarkan aroma melati rasanya pun agak manis-manis legit,

lain dari lubang kemaluan perempuan lain yang pernah kujilat, sehingga aku berlama-lama karena aku menikmatinya.

“Argh… argh… lidah Kakek enak deh.. rasanya.. agh menyentuh memek Lisa… Lisa jadi suka banget nih.”

“Iya… Lisa, Kakek juga suka sekali rasanya, memekmu manis banget rasanya.”

Dengan rakusnya kujilati lubang kemaluan Lisa yang manis, terlebih-lebih ketika biji klitorisnya tersentuh lidahku karena rupanya biang manisnya dari biji klitorisnya.

Lisa pun jadi belingsatan dan makin menceracau tidak karuan. “Argh.. sshh.. agh… aghh… tidddaak… Kek… uenak… buanget… Kek.. argh… agh.. sshhh…” Hampir 30 menit lamanya biji klitoris...

Lisa jadi bulan-bulanan lidahku dan limbunglah badan Lisa yang disertai cairan putih kental dan bersih seperti lendir, mengucur deras dari dalam lubang kemaluannya yang langsung membasahi lubang kemaluannya dan lidahku.

Tapi karena lendir itu lebih manis lagi rasanya dari biji klitorisnya langsung kutelan habis tanpa tersisa dan membasahi mukaku.

 “Arggghh.. aaawww… sshhh.. tolong… Kek… eennaak… baangeeet… deh…” Jatuhlah tubuh Lisa setelah menungging selama 30 menit meniban tubuhku.

Setelah tubuhku tertiban kuangkat Lisa dan kududukkan di Sofa, sementara badannya doyong ke kiri, aku melepaskan semua pakaianku hingga bugil dimana batang kemaluanku sudah tegang dan mengeras dari tadi.

Kemudian kedua kaki Lisa aku lebarkan sehingga lubang kemaluan itukembali terbuka lebar dengan sedikit membungkuk kutempelkan batang kemaluanku persis di liang kemaluannya.

Karena lubang kemaluannya masih sempit, kumasukkan tiga buah jari ke lubang kemaluannya, supaya lubang kemaluan itu jadi lebar.

Ketika jari itu kuputar-putar, Lisa yang memejamkan mata hanya bisa menahan rasa sakit, sesekali ia meringis.

Setelah 5 menit lubang kemaluannya kuobok-obok dan terlihat agak lebar, kutempelkan batang kemaluanku tepat di lubang kemaluannya, lalu kuberikan hentakan.

Tapi karena masih agak sempit maka hanya kepala kemaluanku saja yang bisa masuk. Lisa pun menjerit.

“Awh… sakit.. Kek… sakit.. banget…”

“Sabar… sayang… nanti juga enak.. deh…”

Kuhentak lagi batang kemaluanku itu supaya masuk ke lubang kemaluan Lisa, dan baru yang ke-15 kalinya batangan kemaluanku bisa masuk walau hanya setengah ke lubang kemaluan Lisa.

Lisa pun 15 kali menjeritnya. “Ampun… Kek… sakit.. banget… ampun!” Karena sudah setengah batang kemaluanku masuk, dan mulai aku gerakan keluar-masuk dengan perlahan, rasa sakit yang dirasakan Lisa berubah menjadi kenikmatan.

“Kek.. Kek.. gh… gh… enak.. Kek… terus.. Kek.. terus.. Kek… batang.. Kakek.. rasanya… sampai.. perut Lisa.. terus… Kek!”

“Tuh.. khan… benar.. kata Kakek… nggak.. sakit lagi sekarang.. jadi enak.. kan?”

Lisa hanya mengangguk, kaus yang digunakannya kulepaskan berikut BH merah mudanya, terlihatlah dengan jelas payudara Lisa yang baru tumbuh

tapi sudah agak membesar dimana diselimuti kulit putih yang mulus dan di tengahnya dihiasi puting coklat yang juga baru tumbuh membuatku menahan ludah.

Lalu dengan rakusnya mulutku langsung mencaplok payudara itu dan kukulum serta kugigit yang membuat Lisa makin belingsatan.

Setelah satu jam, lubang kemaluan Lisa kuhujam dengan batang kemaluanku secara ganas, terbongkarlah pertahanan Lisa yang sangat banyak mengeluarkan cairan lendir dari dalam lubang kemaluannya membasahi batanganku yang masih terbenam di dalam lubang kemaluannya disertai darah segar yang otomatis keperawanan cucuku Lisa telah kurusak sendiri.

Lisa pun menggeleparlalu ambruk di atas Sofa. “Agh… agh.. agh.. argh… argh… sshh… ssshh… argh… gh.. gh… Lisa… keluar.. nih.. Kek.. aw… aw…”

Lima belas menit kemudian aku pun sampai pada puncak kenikmatan, dimana tepat sebelum keluar aku sempat menarik batang kemaluanku dari lubang kemaluan Lisa dan menyemburkan cairan kental hangat di atas perut Lisa dan aku pun langsung ambruk meniban tubuh Lisa.

“Aw.. agh.. agh.. Lisa.. memekmu.. memang.. luar biasa, kontol Kakek.. sampai dipelintir di dalam memekmu…agh… kamu.. me.. memeng… hebat…”

Setengah jam kemudian, dengan terkaget aku terbangun oleh elusan tangan lembut memegangi kontolku.

“Kakek… habis… ngapain.. Kakak Lisa… kok… Kakak Lisa dan Kakek telanjang… kayak habis.. mandi.. Dewi juga.. mau dong telanjang.. kayak… Kakek dan.. Kakak Lisa.”

“Hah.. Dewi jangan… telanjang!”

Tapi perkataanku kalah cepat dengan tindakannya Dewi yang langsung melepaskan semua pakaiannya hingga Dewi pun bugil.

Aku terkejut melihat Dewi bugil dimana tubuh anak umur 11 tahun ini kelihatan sempurna, lubang kemaluan Dewi yang masih gundul belum tumbuh bulu-bulu halus tetapi payudaranya sudah mulai berkembang malah lebih montok dari payudara Lisa.

Kulit tubuh Dewi pun lebih putih dan mengkilat dibanding kulit tubuh Lisa, sehingga membuat nafsu seks-ku kembali meningkat.

“Kek… Dewi kan tadi ngintip ketika perut Kakak Lisa dimasukin sama punya kakek.. Dewi juga mau dong.. kata mama dan papa, kalau Kakak Lisa dapat sesuatu pasti Dewi juga dapat.”

“Oh… mama dan papa bilang begitu yach, kamu memang mau perut kamu dimasukin punya Kakek.”

“Iya.. Kek.. Dewi mau sekali.”

Tanpa banyak basa-basi kusuruh Dewi terlentang di atas karpet. Dengan agak riang Dewi langsung terlentang, aku duduk di sampingnya kedua kakinya aku lebarkan sehingga lubang kemaluannya yang gundul terlihat jelas.

Kusuruh Dewi menutup mata. “Dewi sekarang tutup matanya yach, jangan dibuka kalau Kakek belum suruh, nanti kalau sakit Dewi hanyaboleh bilang sakit.

” Dewi pun menuruti permintaanku. Lubang kemaluannya kuusap dengan jari tengahku dengan lembut dan sesekali jariku kumasukkan ke lubang kemaluannya.

Tangan kiriku dengan buasnya telah meremas payudaranya dan memelintir puting yang berwarna kemerahan.

Dewi mulai menggelinjang. Dia tetap memejamkan matanya, sedang mulutnya mulai nyerocos.

 “Ah… ah… ah.. sshh.. ssh…” Kedua kakinya disepakkan ketika jari tengahku menyentuh klitorisnya.

Lidahku mulai menjilati lubang kemaluannya karena masih gundul, dengan leluasa lidahku mengusapliang kemaluannya sampai lidahku menyentuh klitorisnya.

Dikarenakan usianya lebih muda dari Lisa maka lubang kemaluan dan klitoris Dewi rasanya belum terlalu manis dan 10 menit kemudian keluarlah cairan kental putih yang rasanya masih hambar menetes dengan derasnya dari dalam lubang kemaluannya membasahi lidahku yang sebagian tidak kutelan karena rasanya yang masih hambar sehingga membasahi paha putihnya.

“Ah… ah… ngeh.. ngeh… Dewi.. basah nih Kek…” Kuambil bantal Sofa dan kuganjal di bawah pantat Dewi sehingga lubang kemaluan itu agak terangkat,

lalu kutindih Dewi dan kutempelkan batang kemaluanku pada lubang kemaluannya yang masih berlendir.


Kuhentak batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Dewi yang masih lebih rapat dari lubang kemaluan Lisa.

Kuhentak berkali-kali kemaluanku sampai 25 kali baru bisa masuk kepala kemaluanku ke lubang kemaluan Dewi. 25 kali juga Dewi menjerit.

“Aw.. aw.. sakit.. Kek… sakit.. sekali..”

“Katanya kamu mau perutmu aku masukin punya Kakek seperti lubang kemaluan Kakak Lisa.”

“Iya Kek… Dewi mau… Dewi tahan aja deh sakitnya.”

Kepala kemaluanku yang sudah masuk ke lubang kemaluan Dewi kehentak sekali lagi, kali ini masuk hampir 3/4-nya batang kemaluanku ke lubang kemaluan Dewi,

ini karena lubang kemaluan Dewi masih licin sisa lendir yang tadi dikeluarkannya. “Hegh… hegh… hegh.. iya Kek sekarang Dewi nggak sakit lagi… malah enak.. rasanya di perut Dewi ada yang dorong-dorong… Hegh.. Hegh…” komentar Dewi ketika menahan hentakan batang kemaluanku di lubang kemaluannya.

Setelah 30 menit lubang kemaluannya kuhujam dengan hentakan batang kemaluanku, meledaklah cairan kental dan tetesan darah dari lubang kemaluan Dewi keluar dengan derasnya yang membasahi kemaluanku dan pahanya.

Dewi pun langsung pingsan. “Arrgh.. arrghh.. ssh… Kek… Dewi.. nggak kuat… Kek… Dewi.. mau pingsan… nih… nggak.. ku.. kuaatt…”

Pingsannya Dewi tidak membuatku mengendorkan hentakan kemaluanku di lubang kemaluannya yang sudah licin, malah membuatku makin keras menghentaknya, yang membuatku sampai puncak yang kedua kalinya setelah yang pertama kali di lubang kemaluannya Lisa,

tapi kali ini aku tidak sempat menarik batang kemaluanku dari dalam lubang kemaluan Dewi sehingga cairan kental hangat itu kubuang di dalam perut Dewi dan setelah itu baru kulepaskan batang kemaluanku dari lubang kemaluan Dewi yang masih mengeluarkan lendir.



 “Ah.. ah… ser… ser… ser… jrot.. jrot.. agh… ag.. ssh… argh…” Tubuhku pun langsung ambruk di tengah Dewi yang pingsan di atas karpet dan Lisa yang tertidur di sofa.

Satu jam kemudian aku terbangun di saat batang kemaluanku berasa dijilat dan ketika aku melirik aku melihat Lisa dan Dewi sedang bergantian mengulum batang kemaluanku dan menjilati sisa cairan lendir tadi, kuusap kedua kepala cucuku itu yang lalu kusuruh keduanya mandi.

“Lisa.. sudah.. sayang.. sana ajak adikmu.. bersih-bersih dan mandi setelah itu kita ke Mall, beli McDonal.. ayo sayang!”

“Kek.. Lisa puas deh.. lain.. kali lagi yach Kek!”

“Asyik beli McDonal.. tapi lain kali lagi yach… Kek, perut Dewi jadi hangat.. deh.. enak..”

“Iya.. sayang.. pasti lagi.. ayo sekarang Kakek yang mandiin.”

Setelah itu kami pun mandi bertiga, sejak saat itu kedua cucuku selalu tiap malam minta coba lagi keganasan batang kemaluanku.

Aku pun tersenyum bangga bahwa aku memang penakluk perempuan, walau perempuan yang aku taklukan adalah kedua cucuku yang sekarang tinggal bersamaku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar