Mandor Dan Siswi Yang Sedang Magang Di Pabrik - Warung Cerita Sex

Sabtu, 17 Februari 2018

Mandor Dan Siswi Yang Sedang Magang Di Pabrik

Warung Cerita Sex - Mandor Dan Siswi Yang Sedang Magang Di Pabrik - Asen adalah mandor pekerja sebuah pabrik yang usianya hampir setengah baya. Garment di wilayah Bandung. Dia bekerja sebagai inspektur ketenagakerjaan di departemen produksi.



Istrinya sangat tegas terhadap pekerja yang bekerja di sana. Dia tidak pelit dengan kata-kata kasar dan pelecehan verbal terhadap pekerja yang membuat kesalahan.

Bagi para pekerja tidak ada pilihan selain bekerja di bawah tekanan mandor Asen karena sulit mencari pekerjaan lain.

Asen ditunjuk oleh perusahaan sebagai mandor karena memiliki latar belakang kehidupan yang keras, memang dia adalah preman di daerah rawan kejahatan di Bandung.

Dengan harapan posisi Asen sebagai mandor buruh, para pekerja akan enggan dan takut pada perusahaan.

Saat ini ada seorang mahasiswa yang kebetulan magang di pabrik yang namanya Wati, usianya masih 19 tahun dan dia adalah seorang mahasisiwi Fakultas Teknik Industri di sebuah universitas negeri ternama di kota bandung.

Wati  cukup lincah dalam bekerja. Gadis cantik itu pintar dan tekun dalam menjalankan tugasnya. Ia memiliki wajah imut dan cantik seperti mojang Bandung yang memiliki kulit putih bersih.

Selama magang di pabrik, Asen sering memperhatikan Wati. Potongan bodi padat sebanding dengan tinggi tubuhnya di sekitar 160’s cukup untuk membuat Asen tertarik pada perhatiannya pada Wati.

Penampilan Wati berbeda dengan cewek lain. Wati lebih suka menggunakan jeans dan pakaian ketat seperti umumnya penampilan seorang pelajar sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas.

Itulah yang membuat pria di pabrik sering melihat keindahan tubuh Wati . Begitu pun dengan Asen yang selalu menyelinap sekilas keindahan dan keanggunan tubuh Wati.

Hal ini tidak disadari oleh Wati karena dia lebih serius menyelesaikan tugasnya selama magang di pabrik.

Sesekali Asen meluangkan waktu untuk memasang wajah ramah dan bercakap-cakap dengan Wati hanya menukmati kecantikan wajah gadis itu.

Namun dengan pekerja wanita atau boro boro lainnya, dia memasang wajah ramah bahwa selalu ada pandangan suram yang menunjukkan dan mengucapkan jauh dari keramahan.

Singkatnya, Asen telah jatuh berat kepada Wati, murid cantik itu.

Suatu hari sebelum akhir magang Wati di pabrik, Asen memberanikan diri untuk mengungkapkan hatinya.

Sore itu ia bertemu Wati di sebuah kantin di pabrik, dengan percaya diri dan putus asa ia mengungkapkan keinginannya untuk menjadi pacar dan sahabat kehidupan Wati.

Namun, pada akhirnya situasinya berubah dan merupakan titik balik perasaan Asen, dari cintanya kepada Wati berbalik 180 derajat menjadi benci.

Cinta Asen ditolak oleh Wati. Untuk alasan selain perbedaan agama, umurnya terpaut jauh dimana Asen saat ini berusia 38 tahun sedangkan Wati baru berusia 19 tahun dan ada juga beberapa ciri yang tidak sesuai dengan Asen Wati.

Seperti yang diketahui latar belakang Asen adalah preman, mabuk dan penjudi.

Sejak itu jantung Asen menjadi panas, kesal dan marah atas jawaban Wati. Dalam hatinya tiba-tiba muncul perasaan dendam terhadap Wati.




Dan dia berencana melakukan sesuatu tentang Wati,

“Hmmm … tunggu gadis itu bermain sombong … puih !!!”

Seminggu kemudian, di malam hari di lorong yang gelap, sekelompok orang berjalan menyamping.

Mereka memiliki Asen bersama beberapa anggota kelompok premannya. Mereka Asep, Ujang,

Cecep dan Afung, penampilan mereka lusuh dan lusuh-agak, khas preman.

“Ssst … segera dia lewat disini”, bisik Asen kepada teman-temannya.

“Ok … kita tunggu aja bos …”, jawab Ujang.

“Bos … aku belum nihh … sudah pingin nyodok tuh cewek”, bisik Afung.

“Shh … sabar … anak laki-laki … sabarr … semua harus tanda tangan … hihihi …”, jawab Asen.

“Pokoknya aku yang pertama yang suka pelajaran tuh cewek …”, lanjut Asen.

Malam itu mereka menghadap Wati di sebuah tempat dekat rumah kos Wati. Tempat retret itu sepi dan hanya ada beberapa rumah kosong dan lapangan besar yang mengelilingi rumah kos Wati.

Jadi Asen dan teman-temannya merasa tempat itu cocok untuk lokasi rintangan.

Wati lebih suka tinggal di rumah kos yang sepi, sehingga dia bisa lebih serius dalam belajar. Selama seminggu sejak Ani tidak lagi menjadi magang di pabrik,

Asen menyibukkan diri dengan melihat data pribadi Wati dan mengamati aktivitas kesehariannya.

Termasuk mengikutinya bolak-balik dari kost kostannya ke kekampus jadi dia sangat tau aktivitas dan rute yang bagus bulat dan bulat Wati.

Sampai akhirnya dipilih tempat tersebut sebagai tempat yang ideal dalam menghadapi korban.

“Nah ini dia …”, kata Asen sambil menunjuk bayangan yang mendekatinya.

“Tak ayal, tepat pukul 7 malam tuh cewek lewat sini” lanjut Asen dengan senyuman melihat targetnya mendekat.

Tapi sejenak Asen ragu-ragu karena bayangan yang mendekat ternyata dua sosok.

Tapi setelah diperiksa secara mendalam ternyata keduanya adalah bayangan seorang wanita dan diyakini sebagai salah satu bayang-bayang tersebut adalah Wati dan sosok wanita lainnya juga.

Jadi tanpa ragu dia mulai memutuskan untuk menjalankan operasi penyergapan.

“Itu istriku …” gumam Asen.

“Ok … selesaikan pekerjaan! Hati-hati jangan sampai ketinggalan …”, perintah Asen kepada teman-temannya.

“Ada dua bos, yang lain bagaimana ya?”, Tanya Asep.

“Ah sikat aja …”, jawab Asen.

Tanpa perintah lagi Asep, Cecep dan Afung bergerak menuju cewek yang sedang berjalan.

Mereka memblokir Wati dan teman-temannya,

Wati pun tampak bingung mendapati dirinya didekati oleh empat pria yang tidak mengenalnya.kumpulan cerita sex terbaru 2017

Asen hanya mengamati dari jarak sekitar 10 meter, suaranya sepi untuk sesaat. Dari tempat Asen berdiri samar dengan pembicaraan serius antara Asep dan Wati.

Beberapa detik kemudian suasananya berubah, sambung petir Wati yang bentak oleh Cecep dan Afung yang memiliki tubuh kokoh. Sedangkan temannya ditangkap oleh Asep dan Ujang.

Wati dan teman-temannya berusaha bertarung dan meronta-ronta tapi beberapa pukulan ditembak oleh Cecep dan Afung dan akhirnya Anipun pingsan.

Setelah itu tubuh tak berdaya dibawa oleh Cecep.

Sementara teman Wati yang juga berjuang ronta dibekap dan dipukuli oleh Ujang sampai akhirnya tak sadarkan diri juga. Kemudian tubuhnya diangkat oleh Asep.

“Semuanya pergi bos …”, kata Asep kepada Asen yang kemudian keluar dari persembunyiannya.
“Bagus … bagus … ayo cepat pergi ke rumah kosong itu”, perintah Asen.

Penghadanganpun berhasil berjalan, targetnya sudah cacat dan sekarang siap untuk “diproses”. Di rumah yang kosong tubuh Wati dan temannya diletakkan di dipan kayu. Lengannya diikat di belakang punggungnya.

Setelah lampu di dalam ruangan dinyalakan, kelima orang yang telah dikuasai nafsu tersebut menggunam kagum melihat kecantikan dan keanggunan tubuh Wati yang terbaring tak sadarkan diri.

Dia menggunakan kaus lengan panjang dan celana jins biru, yang semuanya berukuran ketat sehingga keanggunan tubuhnya terlihat jelas.

Ternyata Asen mengenali sosok wanita lain yang juga lumpuh tadi.

“Ah aku ingat ini Ita, temannya Wati  … wah … wah … nasib sial”, kata Asen.

Ita adalah teman akrab Wati , lebih muda dari Wati yang berusia 16 tahun, dan masih duduk dibangku kelas 2 SMA. Ita adalah keponakan dari pemilik asrama tempat Wati tinggal.

Ita juga memiliki wajah yang manis, tubuhnya kecil tapi padat.

“Oke kuota saya Wati … ini pengantin saya, yang lain bisa jadi sikat elo”, balas Asen.

“Ok sekarang elu-onu nyhir kamu deh, tolong elo bikin cepat memiliki Ita yang sama, dan jangan ganggu malam pernikahan saya, oke!”, Asen memberi tahu teman-temannya.

“Sip bos … kita bikin partai sendiri”, kata Asep. Dan dipecat semua teman Asen saat membawa Ita.

“Hmmm … sayangku … ayo kita nikmati malam pernikahan kita sayang …”, bisik Asen kepada Wati yang tak sadarkan diri.

Sambil tersenyum penuh kemenangan, Asen melihat gadis itu berbaring di sofa kayu.

“Akhirnya aku berhasil menangkapmu …” katanya pada dirinya sendiri.

Tangannya bergerak ke dadanya. Awalnya perlahan sedikit demi sedikit semakin keras, bahkan sekarang kedua tangan ganasnya memeras payudara Wati sehingga jika telentang terlihat berbukit.

Setelah puas memeras payudara Wati , kini Asen mengeluarkan pisau lipat yang selalu dibawa kemana-mana sebagai senjata.

Kira-kira kemudian Asen merobek kemeja lengan panjang Wati , hanya menyisakan bra putihnya yang menutupi kedua payudaranya.

Tapi akhirnya dia memutuskan tali bra dan berpakaian bh itu kasual jadi sekarang terlihat kedua gundukan indah payudara Wati .

Setelah itu seketika dikulumnya dengan penuh gairah dan menjilat-menjilat kedua payudara dengan gigitan gigitan sesekali kedua puting payudara.

Puas dengan payudara sekarang Asen melepas jeans yang dipakai Wati , sreett … begitu menarik bagian bawah Wati terlihat dengan celana dalamnya yang putih.

Mata Asen melebar lagi untuk melihat pemandangan yang indah, mengusap paha putihnya Wati juga benjolan di pahanya.

Bersenang-senang mengelus gundukan alat kelamin Wati , tiba-tiba terdengar suara bising dari kamar sebelah. Asen pun menghentikan aktivitasnya dan bangkit saat ia berlari menuju suaranya.

Sesampainya di ruangan asal suaranya, matanya melebar lagi untuk melihat pemandangan erotis yang tengah terjadi di dalam ruangan.

Jantungnya berdetak kencang, nafsu memuncak saat melihat ruangan. Di ruangan itulah Asen melihat Ita yang sepertinya sudah sadar akan “disembelih” oleh Asep, Ujang, Afung dan Cecep.

Tubuh Ita dengan posisi merangkak nampaknya disodomi dari belakang Asep yang memiliki tubuh jauh lebih besar dari Ita.

Asep sangat keras dan kasar mengocok batang kemaluannya di dalam anus Ita. Awalnya Ita meraung minta ampun, tapi teriakan itu tidak bertahan lama karena kemudian mulut Ita telah menyematkan batang kemaluan Ujang.

Ujang memposisikan dirinya di depan Ita, setelah berhasil menggumpalkan kemaluannya di mulut Dina lalu dengan tangan kirinya memegang kepala Ita dia memaksa kepala Ita untuk bergerak maju mundur.

Ujang dan Asep nampaknya benar-benar menikmati situasi, mereka mendesah merasakan nikmatnya bagian tubuh Ita.

Setelah beberapa saat mereka berejakulasi. Asep mengeluarkan spermanya di dalam lubang anus Ita dan sesaat Ujang meludahkan cairan spermanya di dalam mulut Ita.

Tampak Ita terkesiap saat menelan cairan sperma Ujang cukup banyak.

Setelah itu kedua pria tersebut telah mengundurkan diri dan posisinya digantikan oleh Cecep. Cecep baru berusia 23 tahun, namun perawakannya besar dan tinggi, batang kokangnya nampak telah terangkat dan siap menelan mangsa.

Kini Cecep sedang bersiap meniduri Ita, meregangkan tubuh Ita yang kelelahan dan langsung ditindihnya. “Oouugghhh …”, Ita memekik saat ayam besar Cecep menyebalkan ke dalam vaginanya.

Adegan ini sudah cukup untuk membangunkan Asen diapun berjalan menjauh dari ruang pembantaian Ita dan kembali ke pasangannya Wati .

Tiba-tiba Wati terbangun dan membuka matanya. Wati terkejut saat mendapati tangannya diikat dan keadaan tubuhnya hanya celana dalam.

Dan bahkan lebih kaget saat di depannya melihat Asen tertawa melongo melihat tak berdaya.

“Rasain deh lu, jadi jadilah cewek jangan sombong, jadi kamu harus kerja?” Asen berbicara.

“Pemaksaan, malam ini kamu pasti bisa memuaskanku, kekasihmu” lanjutnya.

Wati takut karena dia tahu apa yang akan terjadi padanya, tubuhnya mulai gemetar, wajahnya pucat. Air mata mulai meleleh dengan kata-kata pengampunan yang keluar dari bibirnya.

“Pak Asen… Pak kasihan … jangan sakiti saya …”, dia terisak-isak. Daya tarik ini sepertinya membuat Asen makin terangsang.

Satu per satu untuk melepaskan pakaian dan celana sampai akhirnya telanjang. Tubuh Asen terlihat gemuk dengan perut menggembung, beberapa gambar tato nampak menghiasi tubuhnya.

Ayam Nya tampaknya telah diperketat keras, ukuran juga besar dengan ujung yang telah basah. Wati merintih lebih ketakutan, dia memejamkan matanya sambil menangis. Dia sadar akan diperkosa.

Asen kemudian bergerak mendekati Wati dan meraih kepala Wati . Belum sempat berteriak, mulut Wati tiba-tiba dijejali batang ayamnya yang tegang dan membuat cewek tersedak.

Wati mencoba untuk tetap menutup mulutnya tapi setelah jempol dan telunjuk Asen menutup lubang hidung Wati , ia membuka mulutnya sebagai reaksi karena kekurangan oksigen.

Langsung mendapat kesempatan itu dihujamkannya batang kemaluannya ke mulut Wati . Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Asen memegang kepala gadis itu.

Rasa mual membuat Wati hampir muntah dan mencoba melepaskan alat kelaminnya di mulutnya.

Asen menggerakkan batang kasih sayang di mulut gadis itu, bolak-balik dan berputar-putar di rongga mulut Wati . Selama sepuluh menit Asen menjejalkan mulutnya dengan kemaluannya.

Puas dengan itu maka Asen menarik kemaluannya keluar dari mulutnya. Wati langsung mencoba berteriak tapi Asen cepat-cepat menutup mulutnya dan berkata, “Diem lu, jangan berteriak atau aku membunuhmu?”, Sambil menempelkan pisau lipatnya.

Wati berhenti karena takut akan ancaman itu. Dan hanya bisa menangis sampai si gadis lelah dan lemah.

Setelah beberapa saat menikmati wajah Wati , kini Asen menurunkan celana dalam putih Wati dan melemparkannya ke lantai, Wati pun hanya bisa pasrah tanpa perlawanan.

“Gile, memek elo banget banget … waw yang sangat cantik …?” Bisik Asen ke Wati .

Ini adalah seorang gadis usia Wati yang memiliki alat kelamin cantik, masih perawan, berbulu bulunyapun tipis dan halus mulus terjemur rapi di sekitar lubang vagina.

Kedua tangan Asen meremas payudaranya. Wati menjerit saat Asen memijat putingnya. Kembali Wati berteriak lagi, lagi pula Asen mengancam Wati “Lu bisa diem gun …!?”.

“Sekarang, Lu harus nyobain penisku … pasti enak?” Kata Asen

“Kami buat malam ini sebagai malam pernikahan kami, hahaha …”, lanjutnya.

“Pak Jangaaan … oouuhh … jangaaan, … ampuunn pakk …? Wati mendesah.

Tapi Asen tidak peduli dengan apa yang dia katakan.

Dia berjongkok di depan Wati , dia mengangkat pahanya dan melebarkannya. Kepala Asen menatap sepupunya Wati dengan bulu tipis. Kepalanya bergerak dan mulutnya mulai menjilat kemaluannya.

Mendapatkan perawatan itu tubuh Wati menggeliat suaranya terengah-engah untuk merasakan kemaluannya menjilati jelati.

Hanya suara erangan gadis itu yang didengar, “Ehhmmhh … engghh … ouuhhh … oohh … dst”.

Sementara mulut Asen terus menjilat alat kelaminnya, tangannya bergerak ke atas dan memijat payudaranya dan bermain-main dengan putingnya.

Wati menggeliat di antara penyakit, geli dan ketakutan.

Tiba-tiba Wati mengangkat pinggulnya dan mendesah lemah. Ternyata cewek itu mengalami orgasme. Dari vagina si gadis keluar cairannya.

Saat melihat bibir vaginanya basah, Asen cepat-cepat menunjuk penisnya yang membentang dan membawanya mendekat ke bibir vaginanya.

Memegang pinggul gadis itu, Asen menahan kemaluannya.

Dan … “Aahhh … sssakittt … oouughhh … a .. ammpunn … pak .. oouhhh …”, Wati merengek tajam menegang tubuhnya menahan rasa sakit di pahanya.

Meski dengan susah payah akhirnya Asen berhasil menanamkan kemaluannya ke dalam tong yang ambruk ke dalam lubang kemaluan Wati .

Wati menjerit kesakitan, tubuhnya meregang kesakitan. Sejenak Asen merasakan kenikmatan hangat dari lubang kemaluan Ani dan merasakan denyutan dinding kemaluan Ani saat dia memijatkan batang kemaluannya.

Akhirnya Asen pun mulai menggerakkan kemaluannya bolak-balik. Tangannya memegang bahunya sementara mulutnya mencium bibir dan pipinya.

Wati mendesah dan mengerang untuk membuat Asen lebih bergairah dan mempercepat gerakan mengangkat-didukung kemaluannya. “Oohh … oouufffh … ooouuh … aahh … dst”, Ani mengerang. Mayat mereka dibanjiri keringat seakan sedang mandi.

Puas dengan posisi itu sekarang Asen menarik kemaluannya dan membalikkan tubuhnya. Dan diposisikan tubuhnya yang telanjang seperti seekor Anjing.

Dari balik belakang lagi Asen menghujamkan kontolnya sekarang ke dalam kanal anal si gadis.

“Aaakhhh … !!!”, Wati lagi menjerit kesakitan, tubuhnya kembali terpelintir keras menahan rasa sakit saat kanal anus dipecah oleh alat kelamin Asen.

Setelah disematkan, Asen memompa lagi dengan gerakan yang semakin cepat. Tangan besar Asen tumbuh dengan kasar meremas susu gadis itu. Wati mengerang kesakitan. Tapi Asen tidak peduli.

Lalu Asen melangkah maju dengan cepat. Menyadari dia akan mencapai klimaks, Asen menarik batang ayam dari lubang dubur Wati .

Setelah itu dilemparkan tubuhnya kembali sampai Wati kembali. Sekali lagi Asen menenggak kemaluannya di vagina Wati , yang telah direndam dalam darah campuran kewanitaannya.

Bless … batang Asen ditusuk ke ruangan tanpa susah payah, kembali mengusap tubuhnya dengan cepat dan kasar, sampai dada Asen menancapkan wajah Wati yang meringis kesakitan.

Sekarang tubuh Asen Wati bergetar dengan tubuh besar sampai Wati dibanting-disodok oleh Asen.

Sampai akhirnya saat Asen sudah menunggu, sekarang tubuh Asen berkedut, wajahnya menyeringkan ke atas, otot-ototnya mengeras dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya ke vagina si gadis,

Croottt … crrottt … crrottt … ada sangat banyak.

“Oogghhh … ahh …”, Asen menjerit puas saat ia terus menyemprotkan spermanya yang mengisi rongga vagina Wati saat tangannya mengepal erat pinggul Wati .

Wati pun tiba-tiba mendesah panjang … “ooouuuuhhgggg …”, saat menerima tumpahan sperma sperma Asen yang tumpah keluar dari sisi rongga payungnya badannyapun berkedut dan bergidik, nampaknya dia ejakulasi mengalami sesuatu yang baru dialami seumur hidup.

Beberapa detik kemudian setelah keduanya memiliki orgasme tubuh kedua tubuh dan bahkan kemudian melemas, tubuh Asen jatuh di atas tubuh Wati .

Kini hanya suara nafas kedua makhluk yang saling memburu untuk menghiasi akhir perjuangan. Setelah diam selama 15 menit,

Asen kemudian bangkit dari atas tubuh Wati dan melepaskan kontolnya, “Ooohhh …”, Wati mendesah panjang sementara Asen mengeluarkan batang kemaluannya beberapa menit untuk mengisi rongga kemaluannya.

“Sayang … bagaimana rasanya? Delicious kan?”, Tanya Asen ke Wati .

Dia terdiam seribu kata dan mengalihkan pandangan dari mata Asen.

“Ayo kesini sayang ada tugas lagi untukmu …”, kata Asen dan meraih dan mengangkat kepala gadis itu untuk kemudian memaksa Wati menjilati batang Asen yang masih basah oleh sperma dan darahnya.

Wati Aneh hanya pasrah dan taat saja perintah Asen yang secara bertahap mendapatkan alat kelamin betang yang membentang kembali Asen dan kemudian menjilat dan dikulumnya bak batang batang Asen seperti permen untuk membersihkan.

Setelah selesai dan puas, Asen bangkit dan membiarkan tubuhnya yang telanjang jatuh.

Asen mendekati Wati yang masih lemah dan membisikkan kata-kata sayang di telinganya

“Kamu sangat sayang … aku cinta kamu”.

Karena melihat Wati pincang dan nampaknya tertidur karena kelelahan, maka Asen memutuskan untuk meninggalkannya dulu.

Asen ingin melihat aktivitas di ruangan lain tempat pembantaian itu terjadi.

Sesampainya di ujung set drum mata Asen terbelalak saat melihat pemandangan di ruangan itu.

Teman-temannya sepertinya tidur terbaring sambil membungkamnya setelah membantai Ita yang tubuhnya telanjang Ita terbaring terbaring telentang di lantai, kakinya terentang lebar dengan lutut ditekuk.

Setelah diawasi ketat oleh Asen ternyata kondisi Ita begitu menyedihkan sehingga dia diperkosa oleh teman-temannya, mulutnya dipenuhi cairan sperma yang mengental hingga meluap di pipi dan mulutnya.

Rupanya oleh teman-temannya Asen Ita terpaksa melakukan oral seks dan mereka telah menumpahkan spermanya ke dalam mulut Ita.

Matanya berkaca-kaca dan napasnya terdengar lembut. Aku menunduk menatap mataku yang tidak begitu besar, ada banyak bekas gigitan dan salah satu putingnya terlihat berdarah, ada juga tumpahan sperma kering.

Dan akhirnya saya melihat alat kelamin gadis itu, kondisinya rusak parah, kemaluannya memerah dan bengkak, banyak bercak darah dan sperma di daerah itu. Asen menggelengkan kepalanya pada kondisi Ita.

Tiba-tiba Asep bangkit, dia menyalakan rokoknya lalu menyelipkannya dengan alat kelamin Ita.
Asen dan Aseppun tertawa terbahak-bahak, “Miskin dia sudah bekerja keras untuk memuaskan kita-kita orang ini, saya sayang dia rokok”, kata Asep.

“Eh sebentar gwe mau kencing dulu”, kata Asep sambil berjalan menjauh dari ruang pembantaian Ita sambil mengakhiri tawanya.

Di ruangan itu Asen juga bergerak menuju setumpuk pakaian Ita yang berantakan di lantai, rupanya tertarik dengan ransel Ita.

Dengan rasa ingin tahunya, dia mengaduk-aduk isi tas Ita, membaca buku hariannya, mengaduk-aduk dompet Ita, memeriksa ponsel Ita, sekitar 5 menit dia membolak-balik semua itu.

Bersenang-senang – dia lucu membuka buku Ita, tiba-tiba dia kaget dengan teriakan di sisi ruangan. Seketika ia berlari ke arahnya.

Sekali lagi mata Asen melebar dan menggeleng saat melihat Asep sedang sibuk melakukan hubungan intim Wati .

“Sss … maaf .. b .. bos .. gwe kagak tolak … lihat gadis cantik ini …”, Asep mengatakan sambil terus memompa alat kelaminnya di alat kelamin Wati .

“Oouuhhh … aaahhh … jj … jangan … kasar … kassarr … oohh … oohh …”, Wati merintih lagi saat tubuhnya membanting – rami sebagai hasil dari Asep hard poke.

“D .. diem … luh … rasain … aja .. kontol aku … inii … aakkhh … akhh .. fuck! Ohh … fuck … !!”, asep Kata sambil terus mendongkrak tubuh Wati .

“Akhh …

ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Sepuluh menit durasi tubuh Wati disetubuhi oleh Asep, hingga Asep akhirnya memuntahkan spermanya di lubang kemaluan Wati .

Asep terlihat sangat puas sekali dan kemudian dia menjatuhkan diri ke samping Wati yang mengembalikan tubuhnya untuk encer.

Saat itu sudah pukul 12 malam ketika mereka bangun pada saat yang semakin ketat, mereka tidak merasa bahwa mereka telah mencalonkan diri untuk kedua gadis itu seiring berjalannya waktu.

Tiba-tiba nafsu Asen bangkit lagi, di dekatnya lagi tubuh Wati yang tertidur karena lelah dan terbangun dari tidurnya Wati .

“Hoeii terbangun …”, bentak Asen pada Wati .

“Oohhh …”, Angun terbangun.

“Sayangku … layanin aku lagi ya …”, bisik Asen sambil tersenyum.

“Pedangku sudah bangkit lagi nih … karena kamu benar-benar seru …”, lanjutnya.

Ekspresi wajah Wati pun menjadi cemas, matanya mulai berkaca-kaca.

“Pak .. Asen… Wati udah tidak kuat pak … rasanya sakittt … pernah … takn … pak .. tolong …”, kata Wati dengan suara lembut.

“Concerned Devil”, jawab Asen saat ia memposisikan dirinya di tubuh Wati .

“Ooohhh … oohh …”, Wati mendesah lama saat Asen menanam kembali kemaluannya di dalam pit ayamnya. Kembali bodi Wati didongkrak, dengan keras disetubuhi oleh Asen.

Wati hanya bisa pasrah, air mata di matanya, tubuhnya yang lemah hanya mengikuti irama pergerakan dari Asen yang sedang menusuk kemaluannya.



Dan setelah beberapa menit, Asen ejakulasi alat kelaminnya, cairan hangatnya memercikkan rahim Wati .

Rasa puas muncul di wajah Asen, “Hahaha … akhirnya aku berhasil membawakanmu seorang gadis cantik”.

“Saya ingin mengajukan satu pertanyaan terakhir, apakah Anda ingin menjadi istri saya ya?”
Wati hanya diam sambil menangis.

“Jika Anda tidak ingin saya memberitahu teman-teman saya untuk memperkosa Anda sampai mati!”, Terancam Asen.

“Inget pussy saya telah memerah peju saya, dan segera anda hamil”, kata Asen.

Selama sekitar setengah jam Asen “merayu” Wati , terkadang menjerit, terkadang Asen menampar wajah Wati , terkadang dengan kata-kata halus, yang jelas-jelas Asen meneror hati Wati .

Ternyata persuasi dari Asen tidak menghasilkan hasil sementara waktu sudah menunjukkan pada 2 fajar.

Akhirnya, Asen mengajak teman-temannya untuk “mencicipi” tubuh Wati .

“Rasain tuh kontolnya temanku temen mampus elu, cewek sombong!”, Kata Asen sambil mencibir.
Tanpa membuang waktu keempat temannya Asen mulai menyentuh tubuh Wati .

Mereka mulai memperlakukan Wati seperti Ita. Mulailah dengan Afung yang segera disodomi Wati setelah vaginanya Wati kembali dipukuli oleh alat kelamin Ujang,

juga mulut Wati terpaksa mengisap batang kokpunya Cecep dan setelah ejakulasi menelan spermanya, terakhir saat Wati menumbuhkan Asep kembali fucked Wati .

Kini situasi Wati tidak jauh berbeda dengan Ita, seluruh wajah tubuh dan kemaluannya yang telah membengkak dengan sperma yang cair.

Sekarang waktunya telah jam 4 pagi, semua pemerkosa telah berpakaian lengkap dan rapi. Sebelum mereka pergi, mereka membawa tubuh Wati untuk bersatu dengan Ita.

Kedua tubuh yang tidak berdaya sekarang terbaring lemah, keduanya ditata sejajar dengan kondisi tubuh mereka yang telanjang.

Sebelum meninggalkan Asen mencium kening Wati dan Asep kembali menyisipkan rokok yang menyala di gelap Wati juga Ita.

Didampingi oleh tawa dan lelucon dari kelima pemerkosa tersebut, meninggalkan rumah kosong tempat tubuh Wati dan Ita terbaring tak sadarkan diri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar