Bermain Cinta Dengan Ibu Kostku Yang Nikah Dengan Duda Kaya Raya - Warung Cerita Sex

Sabtu, 18 November 2017

Bermain Cinta Dengan Ibu Kostku Yang Nikah Dengan Duda Kaya Raya

Warung Cerita Sex - Bermain Cinta Dengan Ibu Kostku Yang Nikah Dengan Duda Kaya Raya - Kisah ini aku tulis berdasarkan pengalaman nyataku dengan ibu kosku yang masih muda. Usiaku kini sudah 27 tahun.



Kejadian ini berlangsung sejak aku baru lulus dari SMA. Usiaku dulu 18 tahun. Ibu kosku beda satu tahun denganku, lebih tua dia.

Dewi, dia ibu kosku yang dinikahi oleh duda kaya raya yang memiliki bisnis besar. Salah satunya kamar-kamar kos yang berada di Bekasi. Kamar kosnya ada 30 kamar.

Dewi dipaksa menikah dengan Heri (duda kaya) oleh kedua orang tuanya. Karena dulu orang tuanya memiliki hutang beberapa belas juta yang tak bisa dibayar. Di usia 19 tahun Dewi menikah dengan Heri.

Kini Dewi berusia 28 tahun. Wanita ini bisa dibilang hampir sempurna. Memiliki tubuh yang cukup tinggi; 167cm. Postur tubuhnya tergolong ideal. Dengan berat badan 65kg.

Lalu dihiasi lingkar dada yang cukup besar; 38C. Kulit putih dan rambut panjang bergelombang menambah kesempurnaan wanita yang lahir di Jakarta ini.

Berawal dari hijrahnya aku ke kota Bekasi karena harus melanjutkan study S1 ku di salah satu perguruan tinggi di sana.

Karena tak punya sanak saudara yang tinggal di Bekasi, akhirnya aku putuskan untuk mencari kamar kos yang dekat dengan kampusku. Hal ini agar mengurangi pengeluaranku.

Setelah mencari ke sana dan kemari, akhirnya aku menemukan kamar kosan yang dekat dengan kampusku. Harganyapun relatif murah untuk kantong mahasiswa, 290rb perbulan. Itupun sudah termasuk listrik dan air.

Aku masuk menuju ke dalam pintu gerbang yang didepannya tertulis, “Terima Kos Pria dan Wanita”.

Pintu masuk menuju rumah utama lumayan jauh. Hingga akhirnya aku bertemu dengan wanita cantik yang masih muda.

“Maaf, mbak. Aku mau ngekos di sini. Harus kemana ya untuk pendaftaran masuk?” tanyaku kepada wanita cantik itu.

“Mas siapa namanya? Saya Dewi, istri pemilik kosan ini” Gadis manis ini ternyata sudah menikah. Aku fikir masih single.

“Aku Arman, mbak Dewi. Mau ngekos di sini. Berapa perbulannya ya?”

“Panggil saja aku Dewi. Jangan pake mbak. Aku masih muda.”
“oh, iya baik, Dew”

“berapa orang, man?” tanyanya singkat.
“aku sendiri. Bisa liat liat dulu kamarnya, Dewi?”

“mari aku antar”

Aku dan Dewi mengelilingi kamar kosnya. Cukup banyak kamar di sini ternyata. Aku diantarkan ke kamar yang paling dekat dengan rumah utama.

Kamarnya lumayan besar. Aku langsung minta di sini aja. Karena dekat dengan akses keluar masuk.

“aku di sini aja, Dewi.”
“oh, yaudah. Kalo cocok, silahkan. Kapan mau mulai masuk kamar?”

“hari ini juga. Aku sudah bawa tas ransel yang isinya pakaianku untuk kuliah di seberang tuh. Hehe”
“ya sudah, masuk dan rapihkan pakaianmu di lemari.

Setelah itu aku tunggu di ruang utama ya” ucapnya sangat ramah sembari menunjukkanku arah ruang utama (maksudnya ruang administrasi kosan itu).

Seminggu sudah aku tinggal di sini. Dewi sangat ramah padaku. Entah emang sifatnya seperti itu atau hanya pada diriku.

Karena setiap aku pulang kuliah dia selalu tersenyum manis padaku. Terlihat ada tatapan nakal dimatanya.

Tepat di hari ke-11 Dewi mengajakku ngobrol di dalam rumah utama yang letaknya tepat bersebelahan dengan kamarku.

Di dalam rumahnya yang lumayan besar itu ternyata dia hanya tinggal dengan 2 pembantunya. Dua duanya biasa membantu membersihkan rumahnya. Aku baru saja dikenali oleh Dewi.

Aku agak canggung berada berduaan gini di dalam satu ruangan bersama wanita dewasa. Apalagi dengan wanita cantik berpostur tinggi ini. Seperti sedang berbicara dengan bidadari rasanya.

Dua jam lebih aku ngobrol dengan Ibu kosku. Obrolan kita sudah sangat panjang. Aku tak tau sudah seberapa banyak dia bercerita dan akupun sebaliknya.

Sampai pada akhirnya Dewi bercerita tentang mengapa dia menikah dengan pemilik kos ini. Suaminya adalah duda kaya raya yang memiliki banyak usaha.

Dia sebenernya tak sampai hati menikah dengan Heri. Belum genap setahun dia menikah dengan duda kaya raya ini. Baru memasuki usia 5 bulan. Dia ingin berontak, namun selalu ingat orangtuanya.

“Arman, kamu sudah punya pacar?”

“aku belum pernah pacaran sama sekali” jawabku sekenanya. Karena memang aku dari dulu ga pernah pacaran.

“ah, masa? Kamu kan ganteng. Masa ga ada yang mau?”

“yang mau ada, cuma akunya yang ga mau pacaran”
“oh, gitu”

“kenapa emang tanya gitu? Naksir dengan aku ya? Hehe” tanyaku sambil meledek.
“enggak, aku kan udah jadi istri orang. Naksir cowo lain itu ga diperbolehkan. Cuma kalo jadi teman curhat sah-sah aja kan? Hehe”

“Arman, aku mau mengatakan sesuatu. Kamu jangan marah ya?”
“apa?”

Suasana sudah mulai memanas. Aku bingung Dewi mau bilang apa. Cuma aku takut disuruh pindah kos. Di sini tergolong murah soalnya.

Bibir Dewi mendekat ke telinga kananku sambil berbisik, “man, mau ga menjadi teman ‘sepermainan’ ku?” aku bingung dengan maksudnya.

“teman sepermainan tuh apa?”

“Begini, man. Suamiku yang duda kaya itu pulang hanya di akhir bulan. Itupun cuma semalaman.

Lalu dia pergi lagi. Aku kesepian. Secara aku ini kan pengantin baru. Setelah menikah, aku baru 1 kali digauli olehnya. Aku hanya diperawani olehnya. Aku juga butuh nafkah biologis, man. Mau ga kamu menafkahi kebutuhan biologisku?”


Aku tercengang mendengar pertanyaan terakhirnya. Aku bingung harus berbuat apa. Karena memang seumur-umur aku belum penah ‘nakal’ dengan wanita manapun.

“gimana, man? Kok diam?” tegas Dewi.

“aku bukannya ga mau. Cuma aku ga enak dengan dua pembantumu. Lagian aku belum pernah menafkahi kebutuhan biologis wanita.

Aku belum banyak belajar tentang itu. Kecuali kamu mau mengajariku” di sini fikiranku mulai dirasuki oleh setan.

Semua berubah begitu saja. Aku langsung ingin merasakan ‘nakal’ bersama wanita dewasa.

Beberapa menit kemudian Dewi membawaku ke dalam kamar yang cukup besar. Ini adalah kamarnya. Fasilitasnya lengkap. Komputer, spring bed, ac, lemari, televisi, dan kamar mandi di dalam. Mewah sekali kamar ini.

Dewi menuju komputer yang dari tadi udah stand by. Dia membuka folder demi folder sampai akhirnya terdapat satu folder berjudul, “Education”. Setelah dibuka ternyata berisikan puluhan film porno. Dewi memutarkannya untukku.

Setelah memutar 5 film, Dewi berkata, “sudah ngerti belum basic-nya?” aku hanya mengangguk tanda mengerti.

Dewi skrg sudah duduk di bibir ranjang. Dia memakai kaos oblong berwarna biru muda dengan rok selutut berwarna hitam. Dewi memanggilku untuk duduk di sebelahnya.

Tanganku dituntun menuju dadanya. Aku mulai keringetan. Aku gugup. Antara takut dan gembira sebenarnya. Lalu sampailah kedua tanganku didadanya. Lalu aku remas perlahan dadanya. Lembut sekali. Rasanya indah sekali menyentuh dada wanita ini. Besar, kenyal, dan lembut.

“ya, terus, man. Kamu pasti suka dengan dada ini”

“ya aku mulai suka” aku tak banyak bicara. Karena aku sedang terkagum kagum merasakan indahnya menyentuh lembutnya payudara.

Dewi membuka kaos oblongnya. Skrg terlihat bra besar berwarna biru juga. “waw, besar sekali” ucapku dalam hati.

“boleh aku pegang?” tanyaku memastikan.
“boleh. Kamu boleh melakukan apa saja denganku, man” ucapnya dengan nada yang agak nakal.

Aku ingin membuka bra-nya. Namu, karena belum pernah membuka sebelumnya aku jadi kesulitan.

Hampir 5 menit aku baru berhasil membuka pengait belakang itu. Kini aku sudah melihat gumpalan daging berwarna putih dengan ujung berwarna pink. Indah sekali.

Spontan tangan dan mulutku bergeriliya di daerah dadanya. Dewi kurebahkan diatas ranjang. Mulut dan tanganku tak bisa berhenti menari-mari di atas gundukan itu.

Dewi sudah mulai terlihat senang. Sepertinya sudah terhanyut dalam suasana. Lama aku bermain main di sana.

Setengah jam kemudian Dewi bangkit dan melucuti semua pakaianku. Aku kikuk dibuatnya. Seketika itu aku terdiam sambil menutupi kemaluanku dengan tanganku.

“kok ditutupi? Malu ya? Ga usah canggung. Aku suka kok”

Lalu kucoba untuk membuka kedua tanganku. “hah? Besar banget tititmu, man. Berapa ukurannya?” sepertinya Dewi kaget melihat penisku. Lumayan panjang memang. 16 cm. Dan cukup besar.

“16 cm, Dewi. Kenapa?”

“aku kaget aja. Punya suamiku yang duda kaya itu kecil sekali. Tak ada separuhnya. Boleh aku pegang?” dia memastikan.

“boleh. Cuma pelan pelan ya. Aku belum pernah dipegang.”

Dewi meraih penisku. Dia mengelus-elus dengan lembut. Aaaaaah, geli sekali. Indah sekali rasanya sore itu. Pantas saja semua orang suka dengan ‘kenakalan’.

Setelah hampir 5 menit, Dewi memasukkan penisku ke dalam mulutnya. “ga jijik, Dewi?” tanyaku. Sedangkan Dewi tak menghiraukan.

10 menit mungkin Dewi mengulum dan memainkan kemaluanku. Lalu kini dia membuka rok dan celana dalamnya. Dia menyuruhku untuk memasukkan penisku secara perlahan.

Ku pegang batang kemaluanku yang sedari tadi sudah menantang. Ku arahkan menuju liang peranakannya. Kepala kemaluanku sudah tepat berada dibibir vaginanya yang terlihat masih mungil sekali. Dengan tambahan bulu bulu halus di sekitarnya.

Sedikit demi sedikit telah kumasukan penisku. Dewi teriak kesakitan. Lalu kucoba untuk lebih berhati hati lagi sampai akhitnya seluruh batang kemaluanku berada di dalam lubang vaginanya.

“aku merasakan batang kemaluanmu sampai pada punti rahimku, man” ucapnya sambil mendesah. “berhenti sejenak, man. Jangan kau lanjutkan dulu. Aku masih ingin membiasakan vaginaku dengan batang kemaluan yang besar” lanjut Dewi.

5 menit sudah aku berdiam diri. Setelah itu baru mulai kugenjot vaginanya. Rintihannya semakin keras. Aku melakukan seperti di video yang Dewi berikan sebelum kita melakukan ini.

Aku genjot vaginanya sembari tangan dan mulutku bergeriliya di bagian dadanya. Semakin lama desahan dan rintihannya semakin keras.

Kutambahkan speed genjotanku. Rintihannya semakin menjadi jadi. 15 menit sudah.

Lalu kurasakan penisku seperti ingin mengeluarkan sesuatu. Ku percepat genjotanku. Dan ternyata aku mengeluarkan sperma didalam rahimnya. Dewi sudah terlihat lemas sedari tadi.

Ku diamkan beberapa saat sebelum aku mencabut penisku dari kemaluannya yang masih sempit itu. Aku terkulai lemas disebelah Dewi yang juga sudah terkulai lemas sedari tadi.

Kesokan harinya Dewi mengajakku kembali. Dan terus berlanjut hingga tulisan ini aku terbitkan. Kini Dewi memiliki dua anak. Yang menurut pengakuan Dewi keduanya adalah anakku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar